--> SIPILKUSIPILMU | Blognya Anak Architecture

SIPILKUSIPILMU

SIPILKUSIPILMU

Thursday, 10 February 2022

no image

BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH

 BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH

(BAYU IRAWAN)

Melalui pemikiran Ki Hajar Dewantara, beliau memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab, maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan. KHD juga mengingatkan bahwa dalam menuntun kodrat anak harus disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam adalah lingkungan alam tempat peserta didik berada baik itu kultur budaya maupun kondisi alam geografisnya. Sedangkan kodrat zaman adalah perubahan dari waktu kewaktu. KHD mengingatkan juga bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal budaya Indonesia. Atau bisa dikatakan muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Pemikiran Ki Hajar Dewantara antara lain beliau menanamkan akan adanya cipta rasa dan karsa yang berjalan selaras sehingga pengajaran seyogyanya harus berpihak pada peserta didik. Dan dengan berpedoman pada semboyan beliau " ING NGARSO SUNG TULADHA, ING MADYA MANGUN KARSA, TUT WURU HANDAYANI ", yang berarti sebagai seorang pendidik sewajibnya bisa memberikan contoh yang baik bagi peserta didiknya, memberi dan membangkitkan semangat dan mendorong peserta didik agar mempunyai ketrampilan sekaligus pengetahuan yang baik, berbudi pekerti serta mempunyai jiwa patriotisme / semangat dalam membangun bangsa.

Pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaaan. Ki Hajar Dewantara membuat 2 koneksi yang tidak bisa dipisahkan, yaitu pendidikan dan kebudayaan, 2 hal tersebut merupakan koneksi yang utuh. Untuk mencapai kebudayaan yang kita impikan kita memerlukan penddikan sebagai landasannya. Pendidikan adalah landasan untuk pembentukan kebudayaan suatu bangsa. Pendidikan yang kita lakukan adalah tidak hanya untuk memberikan nilai anak yang bagus, menyampaikan suatu pelajaran tapi juga untuk menjemput kebudayaan yang kita inginkan. Jadi pekerjaan guru adalah pekerjaan untuk membentuk peradaban.

Jika pendidikan  kita lakukan secara seimbang, maka akan menghasilkan kesempurnaan budi pekerti dan membawa anak kepada kebijaksanaan. Pendidikan adalah pendidik yang memandang anak dengan rasa hormat.

Akar pemikiran Ki Hajar Dewantara yang saya pelajari menempatkan kemerdekaan sebagai syarat dan juga tujuan membentuk kepribadian serta kemerdekaan batin bangsa Indonesia agar peserta didik selalu kokoh berdiri membela perjuangan bangsanya. Untuk itu, di mata Ki Hajar Dewantara, bahan-bahan pengajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan hidup rakyat. Bagi Ki Hajar Dewantara, pendidikan tidak boleh dimaknai sebagai paksaan. Beliau menginginkan peserta didik harus mengunakan dasar tertib dan damai, tata tenteram dan kelangsungan kehidupan batin, kecintaan pada tanah air menjadi prioritas. Karena ketetapan pikiran dan batin itulah yang akan menentukan kualitas seseorang. Memajukan pertumbuhan budi pekerti, pikiran merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan, agar pendidikan dapat memajukan kesempurnaan hidup. Yakni, kehidupan yang selaras dengan perkembangan dunia tanpa meninggalkan jiwa kebangsaan.

Di sekolah saya, banyak guru yang masih hanya berfokus pada daya cipta (SMK) dan kurang memahami kebutuhan peserta didiknya, hal tersebut harus segera diubah. Dalam konteks kelas banyak guru di sekolah saya yang memberikan hukuman ke siswanya pada saat proses pembelajaran di kelas. Padahal dari pemikiran Ki Hajar Dewantara beliau  tidak memberikan hukuman-hukuman kepada siswa, lebih sabar dalam membimbing, mengenali lebih dalam karakter dan latar belakang siswa (keluarga/lingkungan) dengan menjalin komunikasi dengan orang tuanya. Sebelum mempelajari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya percaya bahwa dengan tindakan-tindakan tegas dan menghukum  siswa bisa merubah perilakunya. Tapi perubahan yang terjadi cuma didasari oleh rasa takut dan bersifat sementara, bukan atas kesadaran pribadinya. Saya belum sepenuhnya menyadari akan keberadaan kodrat alam sang anak, sehingga sering jengkel ketika ada anak yang lamban dalam satu pelajaran.

Setelah mempelajari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, pemikiran yang berubah dari saya adalah bahwa saya harus membangun budaya positif di sekolah saya sehingga hal tersebut dapat membawa perubahan tidak hanya kepada peserta didik namun juga kepada sekolah.

Ketika mendengar kata “disiplin”, apa yang terbayang di benak Anda? Apa yang terlintas di pikiran Anda? Kebanyakan orang akan menghubungkan kata disiplin dengan tata tertib, teratur, dan kepatuhan pada peraturan. Kata “disiplin” juga sering dihubungkan dengan hukuman, padahal itu sungguh berbeda, karena belajar tentang disiplin positif tidak harus dengan memberi hukuman, justru itu adalah salah satu alternatif terakhir dan kalau perlu tidak digunakan sama sekali.

Dalam budaya kita, makna kata ‘disiplin’ dimaknai menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung menghubungkan kata ‘disiplin’ dengan ketidaknyamanan, padahal jika disiplin dilakukan dengan tepat keadaannya tidak seperti itu. Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa “dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat ”self discipline” yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka. (Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470)

Disitu Ki Hajar menyatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan atau dalam konteks pendidikan kita saat ini, untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal. Jika kita tidak memiliki motivasi internal, maka kita memerlukan pihak lain untuk mendisiplinkan kita atau motivasi eksternal, karena berasal dari luar, bukan dari dalam diri kita sendiri.

Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan anak-anak yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik. Disiplin positif yang dilakukan terus menerus maka akan menjadi budaya positif. Pada dasarnya, penerapan budaya positif juga merupakan cara untuk mewujudkan visi yaitu “Mewujudkan murid yang memiliki profil pelajar Pancasila dan lingkungan yang merdeka belajar”. Untuk mencapai visi tersebut, saya Bersama siswa menerapkan budaya positif dikelas yang berupa Keyakinan Kelas. Saya Bersama siswa dalam suatu kelas membuat kesepakatan kelas yang akan disepakati bersama, diyakini bersama, dan dilaksanakan bersama. Keyakinan kelas ini merupakan hasil diskusi saya bersama siswa satu kelas, sehingga setelah keyakinan kelas ini dirumuskan mereka mempunyai rasa tanggungjawab untuk menjalankannya
no image

ARTIKEL BUDAYA POSITIF

 PENTINGNYA BUDAYA POSITIF

(RAHMAT HANAFI)

Tujuan Pendidikan menurut KHD adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.  Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan.

Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani.  

Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai adalah bibit berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta ‘tangan dingin’ pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal.

 Konsep disiplin menurut KHD

“dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat ”self discipline” yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka.
(Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470).

Pemikiran Ki Hajar ini sejalan dengan pandangan Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, 2001. Diane menyatakan bahwa arti dari kata disiplin berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinya ‘belajar’. Kata ‘discipline’ juga berasal dari akar kata yang sama dengan ‘disciple’ atau murid/pengikut. Untuk menjadi seorang murid, atau pengikut, seseorang harus paham betul alasan mengapa mereka mengikuti suatu aliran atau ajaran tertentu, sehingga motivasi yang terbangun adalah motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik. Diane juga menyatakan bahwa arti asli dari kata disiplin ini juga berkonotasi dengan disiplin diri dari murid-murid Socrates dan Plato. Disiplin diri dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna. Dengan kata lain, disiplin diri juga mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai.

Tujuan dari disiplin positif adalah menanamkan motivasi yang ketiga pada murid-murid kita yaitu untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Ketika murid-murid kita memiliki motivasi tersebut, mereka telah memiliki motivasi intrinsik yang berdampak jangka panjang, motivasi yang tidak akan terpengaruh pada adanya hukuman atau hadiah.

Di era globalisasi seperti sekarang ini, teknologi semakin hari semakin maju. Perkembangan zaman mendorong kita untuk semakin berkarakter positif karena dengan adanya perkembangan zaman tidak dipungkiri adanya krisis karakter pula. Krisis karakter di era globalisasi seperti sekarang ini disebabkan karena seseorang cenderung untuk berdiam diri dengan gadget mereka sendiri dengan mengesampingkan sosialisasi dengan oranglain. Hal tersebut dapat membuat karakter positif seperti saling menghargai dan menghormati orang lain semakin menurun. Penerapan budaya positif dilingkungan sekolah menjadi salah satu solusi untuk membuat karakter positif generasi muda ini dapat tumbuh dan berkembang sehingga nantinya dapat diterapkan secara berkelanjutan. Budaya positif yang dapat dicontohkan kepada siswa dilingkungan sekolah antara lain dengan saling menghargai dan menghormati sesama teman, saling mengucapakan salam saat bertemu dengan teman maupun warga sekolah lain, selalu menjaga wudhu, disiplin dan menghargai waktu, saling membantu dan memotivasi, serta bekerja sama dengan baik.

Pada dasarnya, penerapan budaya positif juga merupakan cara untuk mewujudkan visi yaitu “Mewujudkan murid yang memiliki profil pelajar Pancasila dan lingkungan yang merdeka belajar”. Untuk mencapai visi tersebut, saya Bersama siswa menerapkan budaya positif dikelas yang berupa Keyakinan Kelas. Saya Bersama siswa dalam suatu kelas membuat kesepakatan kelas yang akan disepakati bersama, diyakini bersama, dan dilaksanakan bersama. Keyakinan kelas ini merupakan hasil diskusi saya bersama siswa satu kelas, sehingga setelah keyakinan kelas ini dirumuskan mereka mempunyai rasa tanggungjawab untuk menjalankannya.

Monday, 4 January 2021

Apa Pentingnya Asesmen Nasional?

Apa Pentingnya Asesmen Nasional?

Pada aktivitas sebelumnya, telah dijelaskan bahwa Asesmen Nasional perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pertanyaannya, mutu pendidikan seperti apa yang diharapkan? Apakah mutu pendidikan dapat dilihat dari hasil Ujian Nasional saja seperti yang selama ini terjadi?

Peningkatan mutu sistem pendidikan tidak hanya berorientasi pada pencapaian siswa dalam menguasai materi pelajaran dan nilai ujian akhir, apapun sebutannya. Keberhasilan sistem pendidikan lebih difokuskan pada pencapaian kompetensi siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap. Terlebih pada era transformasi pendidikan abad ke-21, dimana arus perubahan menuntut siswa menguasai berbagai kecakapan hidup yang esensial untuk menghadapi berbagai tantangan abad ke-21 dimana siswa memiliki kecakapan belajar dan berinovasi, kecakapan menggunakan teknologi informasi, kecakapan hidup untuk bekerja dan berkontribusi pada masyarakat.

Pertanyaannya, bagaimana cara mengukur kompetensi tersebut? Ya, menggunakan Asesmen Nasional. Asesmen Nasional diberlakukan sebagai alat ukur untuk mengetahui ketercapaian kompetensi yang harus dikuasai siswa. Asesmen Nasional tidak hanya memotret hasil belajar kognitif siswa, sebagaimana yang terjadi dalam Ujian Nasional namun juga memotret hasil belajar sosial emosional. Termasuk di dalamnya sikap, nilai, keyakinan, serta perilaku yang dapat memprediksi tindakan dan kinerja siswa di berbagai konteks yang relevan. 

Selain tuntutan kecakapan abad 21, profil pelajar Pancasila juga menjadi rujukan pencapaian karakter bagi seluruh siswa di Indonesia. Bahkan profil pelajar pancasila ini sudah merangkum serangkaian kecakapan hidup abad 21. Karakter pelajar Pancasila yang ingin dicapai oleh siswa yaitu:

Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
  • Berkebhinekaan global
  • Mandiri
  • Bernalar kritis 
  • Kreatif
  • Gotong royong

Untuk itu, penting bagi guru dan siswa untuk mengadopsi proses pembelajaran yang berfokus pada pengembangan kompetensi. Pencapaian kompetensi siswa dapat diukur dari pemahaman konsep, dan keterampilan menerapkan konsep dalam berbagai konteks. Dengan demikian, siswa tidak hanya menguasai konten semata, tetapi lebih menguasai pemahaman secara mendalam terhadap konsep yang dapat diterapkan di berbagai konteks kehidupan. Hal ini yang diharapkan sebagai peningkatan hasil pembelajaran siswa. Capaian kompetensi siswa secara holistik inilah yang ingin dievaluasi melalui Asesmen Nasional.

Bagaimana keterkaitan Asesmen Nasional dengan kecakapan abad 21 dan profil pelajar Pancasila? Simak penjelasannya pada materi yang telah disediakan berikut ini. 


Semoga bermanfaat.
Latar Belakang dan Kebijakan Asesmen Nasional

Latar Belakang dan Kebijakan Asesmen Nasional

Hasil PISA membuktikan kemampuan belajar siswa pada pendidikan dasar dan menengah kurang memadai. Pada tahun 2018, sekitar 70% siswa memiliki kompetensi literasi membaca di bawah minimum. Sama halnya dengan keterampilan matematika dan sains, 71% siswa berada di bawah kompetensi minimum untuk matematika dan 60% siswa di bawah kompetensi minimum untuk keterampilan sains. Skor PISA Indonesia stagnan dalam 10-15 tahun terakhir. Kondisi ini menyebabkan Indonesia menjadi salah satu negara yang konsisten dengan peringkat hasil PISA yang terendah. Bagaimana pendapat Anda? 

Menanggapi kondisi tersebut, reformasi asesmen diperlukan guna mendorong peningkatan kualitas pembelajaran. Pemetaan mutu pendidikan secara menyeluruh dibutuhkan. Untuk itu pada tahun 2021 mendatang, Asesmen Nasional (AN) akan resmi diterapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Ujian Nasional (UN) sudah tidak lagi diberlakukan. Kebijakan ini ditetapkan berdasarkan hasil koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan sejumlah dinas dan lembaga terkait.

Dalam hal ini, AN diterapkan untuk mengevaluasi kinerja dan mutu sistem pendidikan. Nantinya, hasil Asesmen Nasional tidak memiliki konsekuensi apapun pada pencapaian proses belajar siswa namun memberikan umpan balik untuk tindak lanjut pembelajaran dan kompetensi siswa.

Kebijakan terkait penerapan Asesmen Nasional (AN) ini telah disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Berikut adalah sedikit ulasan tentang Latar Belakang dan Kebijakan Asesmen Nasional dari kemdikbud dalam program Bimtek Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum untuk Tingkat SMA yang di laksanakan tanggal 04 januari 2021 - 08 januari 2021.

Saturday, 15 August 2020

no image

RANGKUMAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK

Pandangan konstruktivistik yang mengemukakan bahwa belajar merupakan usaha pemberian makna oleh peserta didik kepada pengalamannya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya, memungkinkan mengarah kepada tujuan tersebut. Oleh karena itu pembelajaran diusahakan agar dapat memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan tersebut secara optimal pada diri peserta didik. Peserta didik diberikan kesempatan untuk mengembangkan ide-idenya secara luas.

Sementara peranan guru dalam belajar konstruktivistik adalah membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh peserta didik berjalan lancar. Guru tidak mentransfer pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu peserta didik untuk membentuk pengetahuannya sendiri dan dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang peserta didik dalam belajar.

no image

RANGKUMAN TEORI BELAJAR KOGNITIF

TEORI BELAJAR KOGNITIF

Pengertian belajar menurut teori belajar kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang. Menurut teori kognitif, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak terpatah-pata, terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung, dan menyeluruh.

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, keterlibatan peserta didik secara aktif amat dipentingkan. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengetahuan baru dengan setruktur kognitif yang telah dimiliki peserta didik. Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks. Perbedaan individual pada diri peserta didik perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik.

no image

RANGKUMAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

Teori belajar behavioristik menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap belajar jika ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Stimulus adalah sesuatu apa saja yang diberikan oleh guru kepada peserta didik, dan respon berupa rekasi atau tanggapan yang dihasilkan oleh peserta didik terhadap stimulus yang diberikan oleh guru. Penguatan (reinforcement) adalah faktor penting dalam belajar. Penguatan adalah apa saja yang dapar memperkuat timbulnya respons. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respons akan semakin kuat. Demikian juga jika penguatan dikurangi (negative reinforcement) maka respons juga akan menguat.

Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai aktifitas “mimetic” yang menuntut peserta didik untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian ke keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut satu jawaban benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa peserta didik telah menyelesaikan tugas belajarnya.

SOAL DAN KUNCI JAWABAN TES FORMATIF MODUL 1 KB 1 PPG 2020

SOAL DAN KUNCI JAWABAN TES FORMATIF MODUL 1 KB 1 PPG 2020

Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan merupakan salah satu kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menyelesaikan dan menuntaskan sertifikasi guru dalam jabatan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru & Dosen. Tujuan pemberian bantuan biaya pendidikan PPG Daljab adalah untuk memfasilitasi dan memberikan kesempatan bagi Guru yang belum memiliki sertifikat pendidik untuk mengikuti Pendidikan Profesi Guru untuk mendapatkan Sertifikat Pendidik.

SOAL DAN KUNCI JAWABAN TES FORMATIF MODUL 1 KB 1 PPG 2020

(PEDAGOGI 1: KONSEP DASAR ILMU PENDIDIK)


1. Sebagai humanisasi pendidikan bukan berarti pembentukan manusia (peserta didik) oleh manusia lainnya (pendidik). Sebab asumsinya bahwa manusia atau peserta didik adalah...

Pilih salah satu:

 a. Manusia merupakan makhluk otonom ? 

 b. Pribadi yang berkembang dan berakal ?

 c. Makhluk religius yang diciptakan oleh Tuhan

 d. Makhluk yang memiliki moral sehingga dapat membedakan baik dan ?buruk ?

 e. Makhluk sosial yang dapat mempengaruhi satu sama lain ?


2. Sila pertama pancalisa adalah keTuhanan YME oleh sebab itu pendidikan hendaknya bertujuan agar peserta didik beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME. Hal tersebut merupakan contoh

Pilih salah satu:

 a. Landasan sosilogis ?

 b. Landasan yuridis ?

 c. Landasan psikologis ?

 d. Landasan religius ? 

 e. Landasan historis ?


3. Salah satu tripusat pendidikan bagi anak adalah keluarga. Orang tua yang dalam kesehariannya rajin melaksanakan ibadah sesuai dengan waktu yang ditentukan. Pada hakekatnya menanamkan pada anak...

Pilih salah satu:

 a. Hak dan kewajiban ?

 b. Gotong royong dan tangung jawab ?

 c. Kejujuran dan toleransi ?

 d. Kejujuran dan Tenggang rasa ?

 e. Kedisiplinan dan tanggung jawab ? 


4. Seorang pendidik perlu memahami landasan pendidikan. Salah satu manfaat mempelajari landasan pendidikan bagi pendidik adalah

Pilih salah satu:

 a. Memahami berbagai karakteristik peserta didik sehingga memandang ?peserta didik sebagai pribadi yang unik ?

 b. Meningkatkanperkembanganpolapikirdanpolakerjapendidiktentang ?bagaimana seharusnya melaksanakan praktek pendidikan ? 

 c. Membantu pendidik dalam menentukan metode pembalajaran yang ?tepat digunakan dalam situasi tertentu di kelas ?

 d. Memahami berbagai pasal-pasal dalam UUD dan peraturan yang ?berlaku di Indoensia terkait dengan pendidikan ?

 e. Menumbuhkan sikap berpikir kritis pendidik terhadap perkembangan ?peserta didik ?


5. Tujuan pendidikan Bangsa Indonesia yaitu pembentukan manusia yang ideal. Berikut ini implementasi sila ke 5 dalam pendidikan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut adalah....

Pilih salah satu:

 a. Orang tua memberi contoh pada anak untuk tidak melakukan diskriminasi pada siapapun

 b. Sekolah melakukan program kegiatan bakti sosial dengan melibatkan peserta didiknya ? 

 c. Pendidik mengikuti PPG untuk meningkatkan kreativitas dan profesionalitasnya

 d. Peserta didik diajarkan untuk mencintai dan mengkonsumsi produk dalam negeri

 e. Guru mengarahkan peserta didik untuk taat terhadap Tuhan YME


6. Pendidikan harus dilakukan sesuai dengan tahap-tahap dan tugas pekermbangan peserta didik. Oleh kareananya pendidikan dilaksanakan dengan mengacu pada landasan....

Pilih salah satu:

 a. Religi pendidikan ?

 b. Sosiologipendidikan ?

 c. Psikologi pendidikan ? 

 d. Ekonomi pendidikan ?

 e. Ilmu pengetahuan dan Teknologi ?


7. Seorang guru mengajar di dalam kelas dengan metode ceramah sehingga proses pembelajaran lebih terpusat pada guru sedangkan siswa pasif karena hanya mendengarkan. Hal tersebut termasuk dalam proses pendidikan yang beraliran....

Pilih salah satu:

 a. Esesnialisme?

 b. Behavioristik? 

 c. Humanisme?

 d. Rekonstuksionisme

 e. Perenialisme?


8. Pengertian landasan dibagi dua yaitu landasan fisik dan konseptual. Berikut ini yang termasuk dalam landasan konseptual adalah....?

Pilih salah satu:

 a. Desain bangunan ?

 b. Pancasila dan UUD 1945 ? 

 c. Kurikulum dan silabus

 d. Kerangkaberfikir ?

 e. Tujuan pendidikan ?


Friday, 7 August 2020

no image

PENJELASAN PROYEKSI , PROYEKSI ISOMETRI, PROYEKSI DIMETRI, PROYEKSI TRIMETRI

PROYEKSI
Gambar proyeksi adalah cara penggambaran suatu objek benda dilihat dari satu atau lebih sisi pandang yang dapat menunjukkan bentuk, ukuran, serta kedudukan benda/bagian benda yang bersangkutan.

Proyeksi dibagi menjadi 3, yaitu:

Proyeksi Isometri
Proyeksi isometri adalah suatu proyeksi yang mempunyai perbandingan panjang antara ketiga sumbunya, yaitu x : y : z adalah 1 : 1 : 1.

Proyeksi Dimetri
Proyeksi Dimeteri adalah proyeksi yang besar sudut sumbu x terhadap garis horizontal adalah 7o, sedangkan besar sudut sumbu y terhadap garis horizontalnya adalah 40o. Perbandingan antara ketiga sumbu adalah x : y : z adalah 1 : ½ : 1.

Proyeksi Trimetri
Proyeksi Dimeteri adalah proyeksi yang penggunaan proyeksinya ternyata dirasakan banyak terjadi distorsi, oleh karena itu ukuran kedua rusuk/sumbu salah satunya (rusuk panjang) perlu dipendekkan, sehingga perbandingan yang sering digunakan adalah 5/6 : 2/3 : 1.