--> ARTIKEL BUDAYA POSITIF | SIPILKUSIPILMU

Thursday, 10 February 2022

ARTIKEL BUDAYA POSITIF

| Thursday, 10 February 2022

 PENTINGNYA BUDAYA POSITIF

(RAHMAT HANAFI)

Tujuan Pendidikan menurut KHD adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.  Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan.

Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani.  

Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai adalah bibit berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta ‘tangan dingin’ pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal.

 Konsep disiplin menurut KHD

“dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat ”self discipline” yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka.
(Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470).

Pemikiran Ki Hajar ini sejalan dengan pandangan Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, 2001. Diane menyatakan bahwa arti dari kata disiplin berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinya ‘belajar’. Kata ‘discipline’ juga berasal dari akar kata yang sama dengan ‘disciple’ atau murid/pengikut. Untuk menjadi seorang murid, atau pengikut, seseorang harus paham betul alasan mengapa mereka mengikuti suatu aliran atau ajaran tertentu, sehingga motivasi yang terbangun adalah motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik. Diane juga menyatakan bahwa arti asli dari kata disiplin ini juga berkonotasi dengan disiplin diri dari murid-murid Socrates dan Plato. Disiplin diri dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna. Dengan kata lain, disiplin diri juga mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai.

Tujuan dari disiplin positif adalah menanamkan motivasi yang ketiga pada murid-murid kita yaitu untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Ketika murid-murid kita memiliki motivasi tersebut, mereka telah memiliki motivasi intrinsik yang berdampak jangka panjang, motivasi yang tidak akan terpengaruh pada adanya hukuman atau hadiah.

Di era globalisasi seperti sekarang ini, teknologi semakin hari semakin maju. Perkembangan zaman mendorong kita untuk semakin berkarakter positif karena dengan adanya perkembangan zaman tidak dipungkiri adanya krisis karakter pula. Krisis karakter di era globalisasi seperti sekarang ini disebabkan karena seseorang cenderung untuk berdiam diri dengan gadget mereka sendiri dengan mengesampingkan sosialisasi dengan oranglain. Hal tersebut dapat membuat karakter positif seperti saling menghargai dan menghormati orang lain semakin menurun. Penerapan budaya positif dilingkungan sekolah menjadi salah satu solusi untuk membuat karakter positif generasi muda ini dapat tumbuh dan berkembang sehingga nantinya dapat diterapkan secara berkelanjutan. Budaya positif yang dapat dicontohkan kepada siswa dilingkungan sekolah antara lain dengan saling menghargai dan menghormati sesama teman, saling mengucapakan salam saat bertemu dengan teman maupun warga sekolah lain, selalu menjaga wudhu, disiplin dan menghargai waktu, saling membantu dan memotivasi, serta bekerja sama dengan baik.

Pada dasarnya, penerapan budaya positif juga merupakan cara untuk mewujudkan visi yaitu “Mewujudkan murid yang memiliki profil pelajar Pancasila dan lingkungan yang merdeka belajar”. Untuk mencapai visi tersebut, saya Bersama siswa menerapkan budaya positif dikelas yang berupa Keyakinan Kelas. Saya Bersama siswa dalam suatu kelas membuat kesepakatan kelas yang akan disepakati bersama, diyakini bersama, dan dilaksanakan bersama. Keyakinan kelas ini merupakan hasil diskusi saya bersama siswa satu kelas, sehingga setelah keyakinan kelas ini dirumuskan mereka mempunyai rasa tanggungjawab untuk menjalankannya.

Related Posts

No comments:

Post a Comment